Sebagian besar masyarakat mungkin sudah tahu apa itu hipertensi. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah atau tensi tinggi. Kasusnya sangat umum di Indonesia. Hanya saja, masih banyak orang yang belum paham jika ada dua klasifikasi yang berbeda, yaitu hipertensi primer dan sekunder.
Ada beberapa perbedaan hipertensi primer dan sekunder yang penting untuk Anda ketahui. Perbedaan yang paling terlihat adalah dari faktor pemicunya. Jenis yang paling umum terjadi adalah yang primer, dengan jumlah kasus 90%. Pemicunya bukan karena gangguan kesehatan tertentu yang Anda alami.
Sedangkan jumlah kasus yang sekunder hanya 10% saja. Pemicunya adalah karena masalah kesehatan tertentu, contohnya yaitu hipertiroid, hiperaldosteronisme, dan kelainan pembuluh darah ginjal.[1] Supaya Anda lebih paham tentang perbedaannya, berikut adalah penjelasan yang lebih lengkapnya!
Faktor Risiko Hipertensi Primer
Seperti apa yang sudah dibahas sebelumnya, hipertensi primer adalah kondisi ketika tensi Anda naik tanpa dipicu oleh masalah kesehatan tertentu. Namun, ada beberapa faktor risiko yang membuat tekanan darah naik hingga lebih dari 140/90 mmHg. Berikut adalah beberapa faktor risikonya!
1. Genetik
Jika ada anggota keluarga Anda yang punya hipertensi, maka Anda pun perlu waspada. Hal ini mengingat salah satu penyebab hipertensi primer adalah genetik. Dasarnya adalah penelitian di Pubmed Central yang meneliti 130 gen yang mungkin berkaitan dengan masalah kesehatan ini.
Misalnya seperti gen NPR3 yang terlibat dalam pengaturan volume dan tekanan darah, hipertensi paru, dan fungsi jantung. Lalu, ada juga gen ADM yang berfungsi sebagai hormon pengontrol sirkulasi darah. Contoh lainnya adalah gen LOC344371 dan RASGRP3 yang dapat menurunkan respon vaskular.[2]
2. Obesitas
Orang obesitas juga rentan memiliki tensi yang lebih tinggi daripada orang dengan berat badan normal. Bahkan, menurut jurnal di Pubmed Central, sekitar 65–78% pemicu kasus hipertensi primer adalah obesitas.[3] Karena itu, pastikan berat badan selalu ideal untuk mengurangi risikonya.
3. Konsumsi Garam Berlebih
Garam memang punya peran penting dalam masakan agar rasanya lebih enak. Hanya saja, pastikan bahwa konsumsinya tidak berlebihan. Hal ini merujuk pada studi di Universitas Harvard yang menyatakan bahwa sekitar 60% orang dengan hipertensi sensitif terhadap garam dan memicu lonjakan tensi.[4]
4. Kekurangan Kalium
Fungsi kalium di dalam tubuh itu sangat penting, termasuk untuk mengontrol tekanan darah. Karena itu, WHO menyarankan asupan kalium minimal 90 mmol/hari atau sekitar 3510 mg/hari untuk orang dewasa. Tujuannya agar risiko terkena hipertensi primer dapat berkurang.[5]
5. Gaya Hidup Tidak Sehat
Jika Anda punya gaya hidup yang tidak sehat, maka kini saatnya untuk mulai mengubahnya. Hal ini karena gaya hidup tersebut juga dapat memicu naiknya tekanan darah. Cobalah untuk mengganti makanan dengan yang lebih sehat dan olahraga rutin untuk memelihara kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Indikasi Terkena Hipertensi Sekunder
Berbeda dengan jenis yang primer, hipertensi sekunder adalah kondisi ketika tekanan darah tinggi akibat kondisi kesehatan tertentu. Beberapa penyebab hipertensi sekunder adalah kelainan ginjal, kelenjar endokrin, vaskular, renovascular, atau konsumsi obat-obatan tertentu.
Ada beberapa tanda klinis atau indikasi yang bisa Anda lihat dan rasakan ketika mengalami klasifikasi hipertensi yang satu ini, yaitu:
- Tensi tetap tinggi dan tidak merespons pengobatan. Padahal, Anda telah telah mengonsumsi dosis optimal minimal tiga jenis obat antihipertensi dari golongan berbeda, termasuk diuretik.
- Tubuh berhenti merespons pengobatan yang sebelumnya berhasil, sehingga tensi tetap tinggi meskipun pengobatan tidak berubah.
- Tekanan darah sangat tinggi, biasanya selalu di atas 140/90 mmHg. Bahkan, hasil tensinya seringkali lebih dari 180/110 mmHg.
- Pasien yang mengalami kerusakan organ, seperti cedera ginjal akut, neurologis, edema paru mendadak, retinopati hipertensi, dan hipertrofi ventrikel kiri.
- Tidak ada riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi, sehingga kondisi tersebut tidak mungkin berasal dari faktor genetik.
- Tidak kelebihan berat badan atau obesitas dan selalu menjaga berat badan ideal.
- Timbulnya hipertensi secara tiba-tiba sebelum usia 30 tahun atau setelah usia 55 tahun. Bahkan, ada banyak kasus yang terjadi sebelum masuk usia pubertas. Padahal, sebelumnya hasil tensi relatif stabil.
- Memiliki gangguan elektrolit, seperti hipokalemia atau alkalosis metabolik.
- Hasil tensi lebih rendah di siang hari daripada di malam hari. Pada pada kasus hipertensi primer, hasil tensi di siang hari lebih tinggi daripada di malam hari.
Jika Anda mengalami ciri-ciri klinis tersebut, segera hubungi dokter untuk pertolongan lebih jauh. Selain itu, Anda juga dapat mulai mengonsumsi suplemen herbal untuk membantu menurunkan hasil tensi. Misalnya seperti Sido Muncul Natural Celery. Anda bisa mendapatkannya di marketplace favorit Anda. Suplemen ini terbuat dari ekstrak daun seledri 300 mg yang setara dengan 32 gram daun segar. Anda dapat mengonsumsinya 3 kali sehari 1 kapsul untuk bantu turunkan tekanan darah akibat hipertensi primer dan sekunder. Namun, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter selama pemakaiannya.